GURU TAK AKAN BISA DIGANTIKAN TEKNOLOGI SECANGGIH APAPUN
“Teknologi dapat membawa Anda Mengenal Dunia, Akan tetapi dia takkan dapat menanamkan emosi dan moral pada diri Anda Gurulah yang berperan dengan itu”
Dalam era digital yang semakin maju nan canggih, teknologi telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang, termasuk dalam pendidikan.
Kehadiran teknologi ini telah mempermudah akses informasi dan menyediakan berbagai alat bantu belajar yang canggih. Namun, saya percaya bahwa ada satu elemen dalam pendidikan yang tidak dapat digantikan oleh teknologi: yaitu “peran seorang guru”.
Guru bukan sekadar penyampai materi pelajaran; mereka adalah pembimbing, inspirator, dan bahkan panutan bagi siswa. Sebuah algoritma mungkin mampu memberikan jawaban atas pertanyaan atau menjelaskan konsep yang rumit, tetapi teknologi tidak memiliki kemampuan untuk membaca emosi, memahami kekhawatiran, atau memberikan dorongan moral kepada siswa yang sedang berjuang. Empati, sebuah kualitas manusia yang mendalam, adalah salah satu alasan utama mengapa guru tetap relevan meskipun teknologi terus berkembang.
Selain itu, pendidikan sejati bukan hanya soal pengetahuan, tetapi juga soal pembentukan karakter. Guru memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai seperti tanggung jawab, kerja keras, dan empati kepada siswa mereka. Dalam interaksi langsung, guru mampu memberikan pelajaran hidup yang tidak dapat diajarkan oleh mesin, seperti bagaimana menghadapi kegagalan atau bagaimana menghormati perbedaan.
Lebih dari itu, hubungan personal yang dibangun antara guru dan siswa adalah sesuatu yang tidak dapat direplikasi oleh teknologi. Seorang guru yang baik dapat mengenali potensi unik setiap siswa dan menyesuaikan cara pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan individu. Fleksibilitas ini jauh melampaui kemampuan program komputer yang, meskipun canggih, tetap beroperasi dalam batas-batas yang telah ditentukan.
Teknologi tentu saja sangat membantu dalam dunia pendidikan.Aplikasi pembelajaran, video interaktif, dan kecerdasan buatan telah membuka jalan bagi cara belajar yang lebih efisien dan menarik. Namun, teknologi hanya dapat menjadi alat pendukung, bukan pengganti. Pendidikan adalah proses manusiawi yang membutuhkan sentuhan, interaksi, dan inspirasi semua hal yang hanya dapat diberikan oleh seorang guru.
Dalam pandangan saya, teknologi mungkin terus berkembang, tetapi peran guru akan tetap menjadi elemen sentral dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter. Guru adalah jiwa pendidikan, dan mereka akanselalu memiliki tempat istimewa yang tidak tergantikan.
Dalam Islam, peran seorang guru (disebut juga “ustadz”, “mu’allim”, atau “mursyid”) memiliki kedudukan yang sangat mulia. Guru tidak hanya bertugas menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi pembimbing akhlak, pelita dalam kegelapan, dan sarana mendekatkan manusia kepada Allah SWT. Bahkan, Islam menempatkan ilmu dan orang yang menyebarkannya pada posisi yang sangat tinggi.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..."(QS. Al-Mujadalah: 11).
Ayat ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan seorang pengajar, karena melalui mereka ilmu disebarkan, hati dibimbing, dan umat diarahkan pada jalan kebenaran. Rasulullah SAW sendiri adalah seorang guru teladan yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menjadi contoh nyata dalam akhlak dan amal perbuatan.
Teknologi mungkin menjadi alat bantu dalam menyebarkan ilmu, seperti halnya kitab atau tulisan di masa lalu. Namun, esensi seorang guru dalam Islam tidak dapat digantikan oleh teknologi, karena seorang guru tidak hanya mentransfer informasi, tetapi juga mentransfer “hikmah”. Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."* (HR. Ahmad).
Guru berperan sebagai penghubung antara ilmu dengan akhlak. Mereka tidak hanya menyampaikan apa yang benar, tetapi juga mengajarkan bagaimana ilmu itu harus diamalkan dalam kehidupan. Dalam Islam, proses pembelajaran adalah sebuah perjalanan spiritual, di mana guru menjadi pemandu untuk menanamkan keimanan, kesabaran, dan kasih sayang.
Selain itu, Islam sangat menghormati hubungan antara guru dan murid. Adab terhadap guru menjadi bagian penting dalam menuntut ilmu.
Imam Syafi'i rahimahullah pernah berkata:
"Aku tidak pernah melihat guruku kecuali aku merasa rendah hati terhadapnya, karena kedudukan ilmunya di hadapan Allah."
Teknologi tidak mampu memberikan nasihat penuh kasih seperti seorang guru, tidak bisa mencontohkan akhlak secara langsung, dan tidak bisa mendoakan muridnya sebagaimana guru dalam Islam melakukannya. Proses ini adalah hubungan hati, ruh, dan ilmu yang tidak dapat digantikan oleh kecanggihan perangkat apa pun.
Maka, meskipun teknologi dapat menjadi alat bantu yang luar biasa dalam menyampaikan ilmu, dalam pandangan Islam, guru tetap menjadi sosok yang tak tergantikan. Mereka adalah pewaris para nabi, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Guru adalah cahaya yang menuntun manusia, bukan hanya menuju kecerdasan duniawi, tetapi juga kepada kebenaran hakiki yang membawa keberkahan dunia dan akhirat.
Goresan Pena Bang Mas**